Rizal Ramli Ngomong Besar di Kandang Sendiri, Semestinya Instropeksi Diri Jumat, 26/06/2020 | 12:49 Redaktur:
BERITATIME.COM, Jakarta – Ekonom senior Rizal Ramli masih saja suka ngomong besar di kandang sendiri. Bukan hanya saat masih jadi pejabat, lepas pejabat pun masih sama. Selalu saja mengomentari dengan nada negatif.
Termasuk mengenai penolakan terhadap 500 Tenaga Kerja Asing asal China di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Usai Konselor Bidang Ekonomi dan Bisnis Kedutaan Besar (Dubes) China untuk RI (Republik Indonesia), Wang Liping angkat bicara. Masuknya tenaga kerja China sudah sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan di Indonesia. Pekerja lokal belum memenuhi.
Rizal Ramli seperti cacing kepanasan. Lantas langsung memberikan cuitan di salah satu sosial media (sosmed)nya. Rizal Ramli bicara pernyataan Dubes China sepenuhnya tidak benar dan terlihat sangat kurang ajar. Seberaninya Dubes China bicara demikian. Padahal, perusahaan China menggaji karyawannya sesuai dengan kompetensinya. Terlihat dari kontribusi dan produktivitasnya.
Dalam menentukan upah, perusahaan China di Indonesia tidak melihat latar belakang kebangsaan. Bahkan, Dubes China juga tidak serta merta dikata kurang ajar seperti dikata Rizal Ramli. Lantaran menyebutkan masih ada pekerja Indonesia yang sudah menjadi beberapa ahli teknis mendapat gaji jauh lebih besar dibanding pekerja Tiongkok
Perlu diketahui, sebenarnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama jajaran pemerintah Indonesia punya mimpi besar. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) domestik bisa berdaya saing tinggi.
Oleh karenanya diperlukan perbaikan kualitas SDM harus benar – benar jadi prioritas. Mengingat mulai memasuki era industri 4.0 yang menuntut mobilitas tenaga kerja yang bebas lintas negara. Walaupun hal demikian juga masih memunculkan sentimen proteksionisme. Merupakan sebuah paradoks memang.
Namun perbaikan kualitas SDM menjadi hal yang juga mendesak. Pasalnya kualitas SDM dan tenaga kerja masih ketinggalan dibanding negara – negara tetangga. Sebut saja dari segi literasi dan juga produktivitas tenaga kerja. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University tentang literasi dengan mensurvei 61 negara pada September 2019. Indonesia ternyata nangkring di posisi hampir paling bawah. Ya ranking 60. Indonesia masih ketinggalan dengan negara tetangga. Seperti Malaysia yang ada di peringkat 53. Singapura berada di ranking 36 dan Thailand berada di rangking 59. Yakni tepat satu peringkat diatas Indonesia. Sehingga bisa berinstropeksi diri.***
(Sumber:Nawacitapost)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan WA ke 0858-3144-9896
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)